Senin, 05 Juli 2010

Dicari,sekolah & guru manusia

Dicari, sekolah & guru manusia

By Rokhim Marno AK
Direktur Adzkia Islamic School, Interviewer MIR Next Wordlview
(Solopos, 8 Juni 2010)
Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia? Berdasarkan data majalah Mossaik edisi mei 2004, dari 106 negara, kualitas pendidikan Indonesia menduduki peringkat ke-4 dari bawah (peringkat 102). Sedangkan data Laporan dunia tentang Kualitas Pendidikan th 2007 oleh OEDC (Organization for Economic Cooperation and Development) Programmer for International Student Assesment, secara total peringkat kualita pendidikan di Indonesia jauh dibawah Thailand.
Membangun sekolah hakikatnya membangun keunggulan sumber daya manusia. Sayangnya, banyak sekolah yang sadar atau tidak, malah membunuh potensi siswa-siwi didiknya.Banyak sekolah di negerin ini yang berpredikat sekolah robot. Sekolah manusia adalah sekolah berbasis MI (multiple intellegeces) yakni sekolah yang menghargai berbagai jenis kecerdasan siswa. (Sekolahnya Manusia :Sekolah Berbasis Multiple Intellegences di Indonesia, Kaifa PT Mizan Pustaka,2009).
Desain sekolah regular menurut sekolahnya manusia antara lain,Pertama religion and character building. Sekolah yang mempunyai pandangan dunia dan visioner. Didalamnya diajarkan pembelajaran jiwa, pengembangan pemikiran, memberikn ruang kreativitas, menumbuhkan kemampuan menyelesaikan masalah dan membiasakan aplikasi budi pekerti dan akhlak yang baik, serta mendorong kemampuan daya manfaat. Kedua, agent of change. Sekolah yang berperan sebagai agen pengubah kondisi siswanya dari kondisi negative menjadi positif.
Ketiga, the best process. Sekolah yang mengedepankan process pembelajaran yang berkualitas dan menyenngkan untuk semua kondisi. Keempat, the best teacher. Guru sebagai facilitator dan katalisator, mengajarkan dengan menyesuaikan gaya belajar, siwa dan sellu memantik rasa ingin tau siswa. Sehingga apbila mengajar, guru menyeuaikan gaya belajar siswa, tentu akan menghasilkan pelajaran yang mudah dan menyenangkan.
Kelima, management control. Sekolah yang mempunyai siklus control dalam proses pembelajaran, mulai dari perencanaan, mengajar, konsultasi, observasi kelas dan analisis perbaikan yang dilakukan kontinyu. Dan keenam, multiple intelligence research. Sekolah yang mempunyai paradigma setiap siswa mempunyai kecenderungan kecerdasan yang beragam, sehingga semua siswa adalah bintang, semua siswa juara dengan cara-cara yang berbeda-beda.

Kompetensi
Menurut UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pda perguruan tinggi.
Kompetensi guru yang sudah lazim didengar dalam pelatihan masih “terlalu gersang” untuk menggerakkan spirit seorang guru. Entah itu yang namanya kompetensi pedagogig, professional,sosial maupun kompetensi kepribadian seakan menjadi wacana awal seorang pendidik yang kemudian mudh dilupakan, jauh dari character building seorang pendidik. Lantas apa character building gurunya manusia ?
Ada tiga karakter perilaku yang seyogianya dihindari oleh para pendidik yang menginginkan dirinya sebagai the best teacher, sebagai guru manusia. Tiga virus yang sering menggerogoti spirit seorang pendidik, begitu cepat manular, tumbuh bak jamur dimusim penghujan. Virus itu antara lain, pertama,virus sak geleme (semaunya). Virus ini sangat mudah menyerang bagi seorang pendidik. Perilaku ini sangat berhubungan dengan motivasi pendidik. Apabila seorang pendidik susah tidk menghadirkan dirinya sebagai seorang motivator, apa jadinya anak-anak yang dididiknya. Perilaku sak geleme menandakan sebagai pendidik yang tidak mempunyai motivasi mendidik.
Kedua, virus sak bisane (sebisanya). Viru ini sudah menyangkut visi seorang guru, idealisme dalam pembuatan lesson plan,budaya konsultsi, ketelitian observasi dan pengembangan kreativitas. Artinya, perilaku sak bisane mencerminkan visi ebagai pendidik.
Dan ketiga, virus sak tekane (sesampainya). Virus ini sangat erat hubungannya dengan target seorang guru,tidak hanya target kedisiplinan dalam dirinya,pun ia tidk punya tujuan yang ingin dicapai untuk keberhasilan dan ketuntasan dalam kegiatan belajar mengajar. Perilaku sak tekane menggambarkan ia tidak mempunyai tujuan dan target sebagai pendidik.
Diliht dari factor kemauan “kemauan” untuk maju, maka ada tiga jenis guru. Pertama, guru robot, yakni guru yang bekerja persis seperti robot. Mereka hanya masuk, mengajar, lalu pulang. Mereka tidak mempunyai kepedulian terhadap kesulitan siswa dalam menerima materi. Apalagi kepedulian terhadap masalah sesame guru dan sekolah pada umumnya. Merka tidak peduli dan mirip robot yang selalu menjalankan perinth berdsarkan apa saja yang sudah diprogramkan.
Kedua, guru materialis, yakni guru yang selalu melakukan hitung-hitungan, mirip dengan aktivitas bisnis dan jual beli atau lainnya. Parhnya yang dijadikan patokannya adalah “hak” yang mereka terima. Barulah “kewajiban” mereka akan dilaksanakan sebesar tergantung dari hak yang mereka terima. Guru ini pada awalnya mereka professional, namun akhirnya akan terjebak dalam “kesombongan” dalam bekerja. Sehingga tidak terlihat “bonafiditasnya” dalam bekerja.
Ketiga, gurunya manusia, yakni guru yang mempunyai keikhlasan dalam hal mengajar dan belajar. Guru yang mempunyai keyakinan bahwa target pekerjannya adalah membuat para siswanya berhasil memahami materi-materi yang diajarkan. Guru yang ikhlas untuk interospeksi apabila ada siswanya yang tidak bisa memahami materi ajar. Gurunya manusia, juga manusia yang membutuhkan “penghasilan” untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bedanya dengan guru materialis, gurunya manusia menempatkan penghasilan sebagai akibat yang akan didapat dengan menjalankan kewajibannya, yakni keikhlasan mengajar dan belajar.